Opini | Hakikat keterampilan dalam menulis
Menulis adalah salah satu keterampilan yang dimiliki oleh sebagian orang di dunia ini, sehingga ada yang berpendapat bahwa menulis itu membosankan dan pulau juga adalah sebuah bentuk dari seni. Pertanyaannya di posisi manakah kita dalam keterampilan tersebut.?Menulis memang bakat yang di miliki oleh orang-orang yang sudah di doktrin oleh keadaan, sehingga rasa membosankan tersebut sirna dalam dirinya, memang harus ada unsur di paksa hingga pada akhirnya bisa dan terbiasa, apapun itu jika dipaksakan pasi akan terbiasa apalgi cuman dalam hal tulis menulis. Sebagian orang yang memiliki skill dalam publik speaking yang bagus itu sebenarnya berawal dari tulisan yang bagus, tak heran bila diri kita dalam menyampaikan sesuatu hal, baik prestasi, berpidato, dan semacamnya, jika apa yang kita sampaikan itu agak rancu meski sudah mempersiapkannya mateng-mateng terkadang masih saja ada problem nya, seperti apa yang ingin di sampaikan langsung hilang begitu saja dan bahkan menyembuhkan demam panggung, itu sebenarnya kesalahan yang realita terletak pada ketika kita menulis, jadi pada dasarnya menulis itu adalah salah satu cara untuk membuat kosakata yang udah di ketahui itu mudah di ingat dan memperlancar proses dalam berbicara, dan alangkah lebih bagus nya lagi membaca buku sekaligus di iringi dengan mencatat dengan apa yang sudah kita baca dengan menggunakan bahasa yang berbeda, artinya sekali kita membaca langsung di tulis tampa melih isi teks tersebut, hal sepele namun luar biasa jika di aplikasikan.
Puisi | Langkah ku
Bismillah, yang selalu terucap di setiap kakiku berpijak, dengan harap yang indah di mata,
meski kehidupan ini di singgahi oleh berbagai cobaan dan rintangan nan selalu menghalang dalam kehidupan, tetapi kolbu ini tetap hangat dan dingin di kala cobaan melanda
yang tuhan beri, mungkin semua ini adalah awal dari kesuksesan, tak ingin frustasi bila raga ini mulai mencintai diri sendiri, Karna mencintai seseorang tak ada ruang lagi bagi ku, udah cukup rasanya di khianati oleh janji absurd yang beraroma pengkhianatan. Tiga tahun membawa rasa baru yang tak pernah di rasakan sebelumnya, di tahun ini memberi harapan palsu nan menjadi debu api neraka.
Puisi | Alfatihah untuk mu
Bumi Pertiwi, kau melahirkan sebuah nama yang tak asing lagi di telinga para intelektual, apalagi dengan sayir-syair yang bermahabbah di kala membaca, raga mu tak bisa ku tatap di dunia nyata, namun sajak dan perjuangan mu di kala itu masih hidup dan tetap permanen di buku dunia, aku yang sekarang merasakan manisnya hidup dikarenakan perjuangan mu di masa lampau, tak bisa ku ucap langsung dengan kata terimakasih, hanya alfatihah yang bisa kulantunkan di setiap berpapasan dengan Tuhan, mengharap barokah. Andai kau masih ada, mungkin virus-virus yang usai mencabut beribu jiwa di berbagai negara di puisikan oleh mu, generasi muda bangsa tak seraya dengan mu, pun juga karya. Meski dalam kitab Islam di suruh menulis dan membaca, namun beberapa saja yang bisa, “Si Binatang Jalang” teruntuk mu, terimakasih.
Puisi | Kantong kehidupan
Perbanyak relasi agar mudah duduk di kursi
Bukan menyendiri memegang hp di depan lemari
Ingin jadi orang sukses namun tak banyak proses
Hobinya memprotes laksana orang stres
Pun ingin pintar namun tak serius dalam belajar
Duniawi di kejar hingga ujung-ujungnya kesasar
Melibatkan tuhan dikala dibutuhkan
Tak berpikir dirinya siapa yang menciptakan
Cintailah ilmu dan buatlah ilmu mencintai mu
Karna hal itu yang membuat mu tau siapa dirimu
Bersabarlah dikala cobaan terus melanda
Toh itu hanya sekedar sementara
Bangkitlah dan lari dari kenyamanan hidup
Sebelum penyesalan membuatnya meredup
Puisi | Selembar kertas kenangan
Kertas itu ada bait motivasi yang besar pembangkit raga yang menghampa, di tulis dengan tinta cairan dari hati yang begitu bening. Namun di balik itu, ternyata ada hal yang merusak sebuah cerita tentang bagaimana masa depan ingin bersama, merangkai hal nan belum terjadi dengan rasa yang sama di setiap waktu berganti pakaian kabarpun di tanyakan prihal baik atau tidaknya, sembari melebarkan senyuman tampa ada paksaan, seperti yang ku alami sekarang ingin tersenyum pun di paksakan oleh keadaan. Janji palsu, kenangan menjadi debu dikarenakan komitmen di akhiri dengan kesepakatan, padahal tak ingin ku lakukan, namun posisi mu sekarang di prioritaskan bersama dia aku tidak, makasih.
Puisi | Rokok dan secangkir kopi
Ini cerita cinta tentang rokok dan kopi. Yang di ciptakan oleh tim barista, di berbagai tempat pun ada. Mereka berdua selalu bersama dimana pun berada, rokok yang tak pernah sukar meski kopi bermain rasa di belakang dengan gula, kesetiaannya begitu besar, membuat para pemuda cemburu hingga ingin memperkosa di warung pesta, bercumbu di siang dan malam nan di saksikan oleh banyak orang. Aroma cantiknya kopi merayu hidung para lelaki, begitupun dengan rokok yang begitu tampan rupawan, membuat birahi wanita bergairah mencium bibir manisnya.
Puisi | Di barista
Di barista sunyi dan sepi menyendiri hanya berteman rokok dan pahit nya kopi. Tak ada pembeli meski sudah di tawarkan dengan senyum manis agar memesan, kembali lagi di barisan tangga sembari merajut asa di kala gerimis hujan berteman dinginnya angin nan menerpa, gelas-gelas kosong menunggu kedatangan air hangat dan dingin bila ada pesanan, namun realisasinya tak ada, melebarkan senyuman agar menghampiri ku, sembari berkata saya mau memesan kopi susu yang manis dan nasi goreng Jawa dengan bumbu rempah nan gurih serta di buat penuh dengan rasa cinta, namun faktanya tak ada.
Puisi | Gelora rindu
Aku termangu pada waktu itu,
Sebuah kebahagiaan yang tak rancu dalam lubuh hatiku yang paling dalam, tersimpan rasa yang tak bisa di ungkapkan. Gelora rindu yang ku ukir dalam-dalam, menghasilkan berjuta makana, dan tak bisa di tafsirkan. Waktu singkat, namun sangat berharga, ku abdikan dengan senja, melihat sekumpulan raga berpijak sembari bahagia di atas ranah yang sama. Dunia ini jadi saksi prihal semua itu.
Ya Tuhan ku, sang pembangkit Sukma, pertemukan lah kami semua dalam berwarna mu yang nyata.
Puisi | Hujan di bulan November
Hujan. Tuhan menurunkan mu bukan untuk membuat pribumi yang sedang mempunyai kepentingan mengeluh dengan kehadiran mu.
Namun tuhan sua memberi kepada orang yang membutuhkan disana, yang sedang di landa hujan mari berusaha mencari solusi bukan malah mengeluh dan frustasi, lebih baik mensyukuri atas nikmat tuhan, sang pemberi rezeki nan tak pernah pilih kasih. Jika masih ada tangga yang tersisa pijakilah, selagi nafas belum tertutup rapat.
Puisi | Merdeka atau mati
Merdeka atau mati. Tragedi kelam masih di kenang setiap tanggal seperti banyaknya malaikat yang wajib diketahui di bulan ke sebelas. Para pahlawan, sejarah mu masih permanen dalam buku Indonesian, menolak lupa prihal kejadian tatkala itu, para pahlawan tak bersayap memberanikan diri untuk negeri merah putih. Pertumpahan darah pun terjadi, hingga bahkan ada yang mati demi sang ibu pertiwi. Merdeka atau mati, nan pasti mereka dengan menuhankan keyakinan, menjadikan tujuannya tercapai demi sang merah putih. Bukan abra kadabra seraya di televisi, kita sebagai penikmat hidup di dunia yang tidak redup, pula tak ada yang namanya pencurian nyawa.
FKMSB Yogyakarta, 10 November 2021
Puisi | Buah bibir
Buah bibir hijrah dari tempat ke tempat lain, membawakan syair yang indah bagi dirinya tapi tidak pada realitanya, membawa pada dunia nan hitam. Di tambah dengan asyiknya buah bibir, dikala keramaian di suatu tempat. Sementara dia sadar akan kenikmatan tersebut adalah konsep dari musuhnya manusia.
Puisi | Merindu Congkop
.
Dimakan waktu tak wajib,
Yang wajib diabaikan.
Hanya demi layar kaca.
Mata terlalu terhipnotis olehnya,
Tak ada ruang tempat untuk singgah,
Terkadang ku terbawa arus permainan,
Di hipnotis kembali dengan kegembiraan.
Ruang waktu yang telah tiada,
tak ada waktu memohon kepada sang khalik.
Sungguh, segalanya ku abadikan,
detik-detik perpisahan kini tampak dengan adanya
begron modernisasi tempat.
Kini bahagia berkilau
di benak ku dan mereka,
Puisi | Menabung kesedihan
Merajut mimpi dari tubuh,
Memulai kebahagiaan dalam lingkaran.
Sedih, bahagia, dan segala rasa yang ada.
Menarik senyum lebih lebar dengan kebersamaan.
Menabung kesedihan dalam-dalam.
Dan menulis jika ingin berbicara,
Karena menulis adalah cara ku berbicara ketika orang lain tidak ada yang mendengarkan.
Langganan:
Postingan (Atom)